LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
HIDROLISIS ENZIM
SUKROSA DAN ANALISIS OKSIDASI ALDEHIDA (SUSU/SCHADINGERS)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Individu pada Mata Kuliah Biokimia
Dosen : Dick Dick Maulana, S.p, M.Si.
Disusun Oleh :
FAUZ FAUZIAH NIM 41035003
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSATARA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan izin-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum. Maksud dan tujuan pembuatan laporan praktikum ini adalah untuk
memperdalam ilmu pengetahuan, khususnya memperdalam ilmu Biokimia.
Adapun sumber-sember dalam pembuatan laporan
ini, didapatkan dari beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan
dan juga melalui media internet, kami sebagai penyusun makalah ini, sangat
berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya.
Penyusun menyadari bahwa pembuatan laporan praktikum ini
tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
Dick Dick Maulana, S.p, M.Si. selaku Dosen yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi dukungan
selama praktikum mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah kepada penyusun sehingga laporan praktikum ini dapat selesai.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki
keterbatasan, begitupun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam
pembuatan Laporan Praktikum ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan
yang ditemukan, oleh karena itu saya mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami
mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Bandung, Mei 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 4
1.1 Latar
belakang ................................................................................. 4
1.2 Maksud percobaan .......................................................................... 5
1.3 Tujuan percobaan............................................................................. 5
1.4 Prinsip percobaan ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6
2.1 hidrolisis enzim
sukrosa ....................................................................6
2.2 analisis oksidasi
aldehida pada susu .................................................7
BAB III METOLOGI PRAKTIKUM ................................................ 8
3.1 Tempat
dan waktu praktikum .......................................................... 8
3.2 Alat dan
bahan praktikum ............................................................... 8
3.3 Langkah
kerja praktikum................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM................. 11
4.1 Data
hasil praktikum hidrolisis enzim sukrosa .............................. 11
4.2 Pembahasan
hasil praktikum hidrolisis enzim sukrosa...................11
4.3 Data
hasil praktikum analisis oksidasi aldihida susu .....................12
4.4 Pembahasan
hasil praktikum analisis oksidasi aldehida susu ........12
BAB V KESIMPULAN .....................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 14
LAMPIRAN...................................................................................... 15
1.
Alat dan
bahan saat digunakan praktikum.................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1Latar
belakang
Enzim dalam aktivitasnya bekerja secara spesifik terhadap substrat yang akan dikatalisisnya dengan begitu kita akan dapat mengetahui berapa besar aktivitas yang dilakukan. Seperti contoh adalah enzim yang bekerja untuk mendegrasi
amilum adalah amilase. Enzim ini banyak terdapat pada saliva, sehingga makanan yang dikunyah lama akan terasa manis karena senyawa polisakarid akan terurai menjadi monosakarida.
(Anonim, 2011).
Ragi komersial (fermipan) akan dipecah dinding
selnya dengan cara penggerusan menggunakan pasir
kuarsa, sedangkan pemecahan dinding sel secara kimia menggunakan larutan
toluena. pemecahan sel tersebut perlu dilakukan untuk mengeluarkan enzim di
dalam sel supaya dihasilkan enzim yang lebih banyak. Selama proses penggerusan,
ragi harus diletakkan di dalam wadah yang berisi es atau air dingin untuk
menstabilkan suhu enzim invertase karena pemecahan dinding sel dengan
cara penggerusan dapat menghasilkan kalor sehingga dikhawatirkan akan merusak
enzim (Hasanah dan Putra 2010).
Susu
adalah salah satu sumber penting yang banyak mengandung protein protein, riboflavin dan kalsium serta
memberikan sejumlah penting vitamin B dan vitamin A. Namun susu bukanlah
merupakan makanan sempurna bagi manusia karena susu relatif kekurangan zat
besi, vitamin C dan vitamin D. Pada pemasakan yang lebih lama mungkin terjadi
karamelisasi laktosa. Sebagian vitamin C dan tiamin susu rusak oleh pemasakan (Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan
makanan yang mudah rusak, oleh sebab itu perlu mendapat perawatan secara
khusus. Setelah itu air susu diperah, segera dibawa ke kamar susu, kemudian
disaring. Penyaringan itupun perlu dilakukan dengan segera guna menghindari
agar jangan sampai kuman-kuman yang hinggap pada kotoran di dalam air susu
mendapat kesempatan untuk berkembang-biak lebih lanjut. Sesudah air susu
disaring, barulah ditakar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah produksi.
Kemudian air susu dari beberapa ekor sapi tersebut dicampur perlahan-lahan
sampai menjadi campuran air susu yang homogen. Susu
mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-macam aldehid menjadi
asam.
1.2. Maksud dan tujuan Percobaan
Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah :
1.
Untuk melihat kemampuan biokatalisator dari
enzim sukrosa, pengaruh ph (buffer asam).
2.
Untuk mengetahui dan
mempelajari cara penetapan kesegaran susu dengan menggunakan uji metilen biru
sebagai indikator.
3.
Menentukan pengaruh
pemanasan terhadap kesegaran susu.
4.
Menentukan pengaruh
penambahan metilene blue, formaldehid dan aquadest terhadap aldehida oksidase
(susu/schadingers).
1.4. Prinsip Percobaan
Menentukan biokatalisis enzim sukrosa pada ragi dan
menentukan kesegaran susu dengan mereaksikan susu segar dengan perlakuan
pemanasan, penambahan formaldehid atau air dan mengidentifikasi dengan metilen
biru sehingga enzim schardinger yang terdapat dalam susu mengkatalisis oksidasi
formaldehid menjadi asam-asam dalam suasana anaerob yang terlihat dari perubahan
warna dari biru menjadi putih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Hidrolisis Enzim Sukrosa
Enzim dalam aktivitasnya bekerja secara spesifik terhadap substrat yang akan dikatalisisnya dengan begitu kita akan dapat mengetahui berapa besar aktivitas yang dilakukan. Seperti contoh adalah enzim yang bekerja untuk mendegrasi
amilum adalah amilase. Enzim ini banyak terdapat pada saliva, sehingga makanan yang dikunyah lama akan terasa manis karena senyawa polisakarid akan terurai menjadi monosakarida.
(Anonim, 2011).
Kerja
enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kovaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan ph (tingkat keasaman) optimum yang
berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah, diluar suhu
atau ph yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur
akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya
sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain (Hafidz soewoto, 2000).
Ragi komersial (fermipan) akan dipecah dinding
selnya dengan cara penggerusan menggunakan pasir
kuarsa, sedangkan pemecahan dinding sel secara kimia menggunakan larutan
toluena. pemecahan sel tersebut perlu dilakukan untuk mengeluarkan enzim di
dalam sel supaya dihasilkan enzim yang lebih banyak. Selama proses penggerusan,
ragi harus diletakkan di dalam wadah yang berisi es atau air dingin untuk
menstabilkan suhu enzim invertase karena pemecahan dinding sel dengan
cara penggerusan dapat menghasilkan kalor sehingga dikhawatirkan akan merusak
enzim (Hasanah dan Putra 2010).
Enzim
yang dihasilkan dari proses penggerusan selanjutnya akan dipisahkan menggunakan
sentrifus pada kecepatan 12000 rpm selama 15 menit. Perlakuan tersebut bergina
untuk memisahkan pecahan dinding-dinding sel dari supernatant. Prinsip dari
sentrifus yaitu proses pemisahaan ekstrak enzim yang didasarkan pada berat
molekul menggunakan gaya sentrifugal sehingga berat molekul yang ringan akan
berada di atas, sedangkan berat molekul yang ringan akan berada di bawah
(Koolman dan Roehm 2000).
Reaksi
enzim tergolong menjadi dua yaitu (1) Reaksi tanpa enzim,
enzim bekerja dengan lambat, terlalu cepat, membutuhkan suhu yang tinggi, tekanan
yang tinggi, (2) Reaksi enzimatis, bekerja dengan memberikan suatu lingkungan
yg spesifik di dalam sisi aktifnya, sehingga reaksi secara energetik dapat
lebih mudah terjadi
2. 2 Analiais
aldehida oksidase (susu/schadingers)
Susu dari asal katanya adalah cairan yang tak
tembus cahaya yang dihasilkan oleh kelenjar susu dan terdiri atas air, protein
susu (kasein), lemak, karbohidrat (laktosa) dan beberapa zat lain. Susu emulsi
lemak dalam air dengan kasein sebagai zat pengemulsi/emulgator (Lehninger, 1992).
Susu segar adalah susu hasil pemerahan yang
tidak dikurangi atau ditambahkan bahan apapun dari pemerahan susu sapi yang
sehat. Kriteria untuk air susu sapi yang baik
setidak-tidaknya memenuhi hal-hal
berikut ini : (i) bebas dari bakteri patogen, (ii) bebas dari zat-zat
berbahaya ataupun toksin seperti insektisida, (iii) tidak tersemar oleh debu
dan kotoran, (iv) zat gizi tidak menyimpang dari codex air
susu, dan (v) memiliki
cita rasa normal (Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan
pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal sebagai bahan yang tidak tahan
lama dan mudah rusak (perishable food), hal ini disebabkan karena susu
mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang mendekati normal dan kandungan
nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini merupakan keadaan yang cocok untuk
pertumbuhan optimum mikroorganisme (Resnawati, 2010).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk
proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun di luar sel. Suatu
enzim dapat mempercepat 108 sampai 1011
kali lebih cepat
daripada apabila reaksi
tersebut dilakukan tanpa katalis yang sangat efisien, di samping
itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi (poedjiadi,
2006).
Ada 3 komponen dalam air susu yang mempengaruhi mutu susu dalam pengolahan antara
lain (Setiawati dan Rahayu, 1992) :
a.
Lemak susu
Lemak susu mempunyai nilai gizi yang tinggi karena jumlah kalori yang
dikandungnya, vitamin-vitamin dan asam-asam lemak esensial. Lemak susu
menentukan rasa, bau dan tekstur air susu.
b.
Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat yang digunakan untuk pembuatan bahan makanan
bayi. Penyerapan laktosa dalam dinding usus dapat merangsang penyerapan
kalsium, fosfor dan mineral lain yang disebabkan karena kenaikan daya serap
(permeabilitas) dinding sel.
c.
Protein
Komponen protein susu antara kasein, laktoglobin dan laktaalbumin yang
dihasilkan dari proses sedimentasi. Koagulasi protein susu yang disebabkan
kontaminasi susu dengan bakteri-bakteri merupakan hal yang tidak dikehendaki
karena menyebabkan rusaknya air susu. Kasein susu digunakan unutk pembuatan
lem, industri cat yang larut dalam air dan industri plastik.
Uji metilen biru dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang
terdapat dalam susu. Pada uji ini akan ditambahkan sejumlah zat yang biru ke
dalam susu, kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri dalam susu
tersebut untuk melakukan aktifitas yang dapat mengakibatkan perubahan warna zat
tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu tersebut, semakin cepat
terjadinya perubahan warna zat tersebut. Uji metilen biru didasarkan pada
kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen terlarut,
sehingga menyebabkan perubahan penurunan kegiatan oksidasi-reduksi dari
campuran tersebut. Maka akibatnya metilen biru yang ditambahkan akan tereduksi
menjadi putih metilen. Selain itu bekerja pula enzim yang disebut Schardinger
enzyme (Suwito, 2010).
Susu tersusun dari berbagai nutrien, baik yang terlarut dalam air maupun
terdispersi dalam bentuk koloid. Sistem koloid tersebut bersifat kompleks,
tetapi pada dasarnya merupakan emulsi lemak dalam air susu. Susu segar adalah
susu murni, tidak mengalami pemanasan, dan tidak ada penambahan bahan pengawet.
Susu sapi segar mengandung air (87,25%), laktosa (4,8%), lemak (3,8%), kasein
(2,8%), albumin (0,7%), dan garam-garaman (0,65%). Selain itu perlu kita tahu
bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat, dan enzim (Suwito, 2010).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan Di Laboratorium
Kimia Fakultas Pertanian Universitas Islam Nusantara Bandung. Praktikum
dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : kamis, 11 Juli 2019
3.2 Hidrolisis Enzim Sukrosa
a) Bahan Kimia Dan Peralatan
§ Fermipan (Ekstrak Ragi)
§ Buffer pH 4,4 (Asam)
§ Aquades
§ Formaldehida
§ Larutan Sukrosa
§ Larutan Pati
§ NaHCO3 (5 %)
§ Reagens Benedict
§ Gelas Ukur
§ Tabung Reaksi
§ Pipet Tetes
§ Water Bath
b) Prosedur Percobaan
1. Membuat ragi roti (enzim sukrosa)
dari fermipan + dengan cara melarutkan Toulena + Aquades (hingga larut)
2. Semua tabung dipanaskan selama 30
menit dalam Water Bath lalu tambahkan NaHCO3 dan reagen benedict 1 tetes saja
3. Amati perubahan yang terjadi!
c) Daftar Tabel Percobaan
No
|
Ekstrak ragi
|
Buffer asam
|
Larutan sukrosa
|
Larutan pati
|
Aquadest
|
1
|
3 ml
|
1 ml
|
|
|
3 ml
|
2
|
3 ml
|
1 ml
|
3 ml
|
|
|
3
|
3 ml
|
|
|
3 ml
|
|
4
|
1 ml
|
1 ml
|
3 ml
|
|
|
3.3
ANALISIS ALDEHIDA OKSIDASE
(SUSU/SCHADINGERS)
a) Bahan Kimia Dan Peralatan
§ Susu Steril
§ Metilene Blue
§ Formaldehida
§ Aquades
§ Kertas Parafilm
§ Tabung Reaksi
§ Pipet Tetes
§ Gelas Ukur
§ Water Bath
b) Prosedur Percobaan
1. Masukkan 3 ml susu kedalam tabung
reaksi lalu tambahkan 1 tetes metilene blue, kocok hingga homogen, lalu tutup
dengan kertas parafilm. setelah itu panaskan dalam water bath dengan suhu 40 OC
2. Masukkan 3 ml susu kedalam tabung
reaksi lalu tambahkan 1 tetes formaldehida dan 1 tetes metilene blue, kocok
hingga homogen, lalu tutup dengan kertas parafilm. setelah itu panaskan dalam
water bath dengan suhu 40 OC.
3. Masukkan 3 ml susu kedalam tabung
reaksi lalu tambahkan 1 tetes aquadest dan 1 tetes metilene blue, kocok hingga
homogen, lalu tutup dengan kertas parafilm. setelah itu panaskan dalam water
bath dengan suhu 40 OC.
4. Pemanasan dilakukan selama 15 menit
namun harus diperiksa setiap 5 menit untuk diamati perubahan yang terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM
1.1 Data Hasil
Praktikum
A. Hidrolisis enzim sukrosa
No
|
Percobaan
|
Keterangan
|
1
|
Kelompok
1
|
|
2
|
Kelompok
2
|
|
3
|
Kelompok
3
|
|
4
|
Ekstrak ragi 2 ml + Buffer asam 1 ml + sukrosa
1 ml
Kelompok
4
|
Terjadi
biokatalisator (pemecahan enzim) terbentuk sedikit endapan berwarna kuning
yang di pengaruhi oleh ph (buffer asam) dan suhu.
|
Pembahasan
Pembuatan ekstrak ragi
dengan cara ragi /fermipan (2.5 ml) ditambah toulena (10 ml) ditambah akuades
(10 ml) kemudian di homogenkan dan diekstraksi dengan sentrituge (15 menit)
supaya diperoleh larutan ekstraksi ragi.
Larutan Ekstraksi ragi
yang kelompok kita peroleh adalah 2 ml kemudian ditambah buffer asam 1 ml dan
ditambah sukrosa 1 ml setelah itu dihomogenkan selama 30 menit kemudian
tambahkan 1 tetes NaHCO3 dan ditambahkan benedict 1 tetes saat dipanaskan
kurang lebih 2 menit.
B. Analisis Aldehida Oksidase
(Susu/Schadingers)
No
|
Waktu (menit)
|
Tabung I
|
Tabung II
|
Tabung III
|
1
|
5
|
+ + + +
|
+ + + + +
|
+ + + +
|
2
|
10
|
+ + +
|
+ + + +
|
+ +
|
3
|
15
|
+
|
+ + + +
|
+
|
Keterangan:
Tabung I : Susu (3 ml) + metilen blue (1 tetes)
Tabung II : Susu (3 ml) + formaldehid (1 tetes) +
metilene blue (1 tetes)
Tabung III : Susu (3 ml) +
aquadest (1 tetes) + metilene blue (1 tetes)
+ + + + + : Sangat biru
+ + + + : Biru
+ + + : Agak biru muda
+ + : Biru muda
+ : Agak putih kebiruan
- : Putih
Pembahasan
Pada percobaan ini di berikan Mb (Metilen Biru). Uji
metilen Biru didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan
menggunakan oksigen yang terlarut sehingga menurunkan oksidasi reduksi dari
campuran tersebut sehingga mengakibatkan metilen biru yang ditambahkan akan
tereduksi menjadi warna putih yang sebelumnya warna biru.
Percobaan ini, digunakan tiga tabung reaksi. Pada tabung I diberi susu ditambah metilene blue satu tetes, tabung II diberi susu 3 ml ditambah formaldehid satu tetes ditambah metilene blue
satu tetes sedangkan
pada tabung III diberi susu 3 ml ditambah air suling (akuades) satu tetes ditambah metilene
blue satu tetes. Hal ini dilakukan
untuk membandingkan kerja enzim pada substrat yang berbeda.
Selanjutnya, ketiga tabung tersebut divakumkan menggunakan parafilm untuk menghilangkan udara pada tabung. Ditutup
menggunakan parafilm pada tabung dilakukan untuk mencegah masuknya udara ke
dalam tabung melalui celah-celah dan pemvakuman tabung dengan cara menghisap
udara dalam tabung bertujuan untuk meminimalkan udara dalam tabung karena enzim
Schardinger dalam susu bekerja dalam
suasana anaerob.
Setelah itu tabung-tabung yang telah tertutup
dimasukkan ke dalam waterbath bersuhu 40 oC selama 15 menit agar
suasana dalam ketiga tabung sama pada suhu dimana enzim bekerja, yaitu suhu
optimum yang sesuai dengan suhu tubuh dari hewan atau mamalia sekitar 40 oC
– 50 oC. Dan setiap 5 menit diamati untuk mengetahui perubahan yang
terjadi.
Pada tabung I yang diberi metilene blue cepat mengalami
peruabahan karena metilen biru akseptor hidrogen dari asam akan tereduksi
menjadi putih. Dari larutan yang awalnya berwarna sangat biru setelah 10 menit
mengalami perubahan hingga menjadi warna sangat putih kebiruan.
Pada tabung II yang diberi
formaldehid tidak terjadi perubahan warna hingga menit ke 5. Dan mengalami
perubahan pada menit ke-10 yaitu menjadi warna biru. Setelah itu tidak
mengalami lagi perubahan hingga ke menit
terakhir (menit ke-15) karena kemungkinan enzim tidak bekerja sehingga tidak
menghasilkan perubahan yang cepat.
Pada tabung III yang diberi
akuades sangat cepat mengalami peruabahan karena metilen biru akseptor hidrogen
dari asam akan tereduksi menjadi putih. Dari larutan yang awalnya berwarna
sangat biru dari setiap 5 menit mengalami perubahan hingga menjadi warna sangat
putih kebiruan. Namun menurut teori tabung yang seharusnya mengalami perubahan
dari biru tereduksi menjadi putih adalah tabung II. Hal ini terjadi karena
kemungkinan adanya kesalahan pada pencampuran larutan atau bisa saja kadar asam
laktat pada susu tersebut tidak normal.
menit ke 5 menit ke 10
menit ke 15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1.
Reaksi enzim tergolong menjadi dua yaitu
(1) Reaksi tanpa enzim, enzim bekerja dengan
lambat, terlalu cepat, membutuhkan suhu yang tinggi, tekanan yang tinggi, (2) Reaksi enzimatis, bekerja dengan memberikan suatu lingkungan yg spesifik di
dalam sisi aktifnya, sehingga reaksi secara energetik dapat lebih mudah
terjadi.
2. Pemanasan yang tinggi dapat merusak
enzim yang terdapat dalam susu.
3. Enzim pada susu dapat mengkatalisis
oksidasi formaldehid dengan berubahnya warna pada metilen biru dari biru
menjadi putih.
4. Ketiga tabung tersebut divakumkan menggunakan parafilm
untuk menghilangkan udara pada tabung. Ditutup menggunakan parafilm pada tabung
dilakukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung melalui celah-celah dan
pemvakuman tabung dengan cara menghisap udara dalam tabung bertujuan untuk
meminimalkan udara dalam tabung karena enzim Schardinger dalam susu bekerja dalam suasana anaerob.
DAFTAR
PUSTAKA
Lehninger,
A., 1995, Dasar-Dasar Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi
A., 2006, Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi, UI Press, Jakarta.
Resnawati, H., 2010, Kualitas
Susu pada Berbagai Pengolahan dan Penyimpanan (online),(http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp08-70.pdf),
(diakses pada tanggal 30 November 2014, pada pukul 23.30 WITA).
Setiawati, T. dan
Rahayu, S., 1992, Buku Tehnik Dan Pengembangan Peternakan, Direktorat
Jenderal Peternakan, Jakarta.
Soediatami, A. D.,
1987, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid II, Dian Rakyat,
Jakarta.
Suwito, W.,
2010, Bakteri yang Sering Mencemari
Susu, (online), (http:// pustaka. litbang. deptan.go.id, (diakses pada tanggal 30 November 2014, pada
pukul 23.30 WITA).