Sunday, April 19, 2020

Irigasi dan Drainase | pola distribusi air di bumi

           POLA DISTRIBUSI AIR DI BUMI

1. Gambaran secara singkat latar belakang dan konsep irigasi 
       Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan usaha tani dalam arti luas.  Sejalan dengan era reformasi dan otonomi daerah, maka saat ini telah ada pengaturan baru yang mengatur tentang irigasi, yaitu pengelolaan diserahkan kepada petani. Namun demikian pemerintah tetap berkewajiban untuk membantu petani terutama dalam bimbingan teknis dan keuangan sampai mampu mengelolanya secara mandiri. Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembaban yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. 
Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu: Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang meliputi: mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya. Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis dan sistematis.

2. pola distribusi air di bumi 
    Sebagian besar air di atmosfer dan kerak bumi berasal dari air laut asin di dunia, sementara air tawar hanya menyumbang 2,5% dari total. Karena lautan yang menutupi sekitar 71% area Bumi memantulkan cahaya biru, Bumi tampak biru dari luar angkasa, dan sering disebut sebagai planet biru dan Pucat Dot Biru. Diperkirakan 1,5 hingga 11 kali jumlah air di lautan dapat ditemukan ratusan mil jauh di bagian dalam bumi, meskipun tidak dalam bentuk cair.
Kerak samudera muda, tipis dan padat, dengan tidak ada batu di dalamnya yang berasal dari yang lebih tua dari perpecahan Pangea. Karena air jauh lebih padat daripada gas apa pun, ini berarti bahwa air akan mengalir ke "depresi" yang terbentuk sebagai hasil dari kerak samudera berkepadatan tinggi. (Di planet seperti Venus, tanpa air, depresi tampaknya membentuk dataran luas di atas yang meninggi). Karena batuan kerapatan rendah dari kerak benua mengandung sejumlah besar garam yang mudah tererosi dari logam alkali dan alkali tanah, garam telah, selama milyaran tahun, terakumulasi di lautan sebagai akibat dari penguapan mengembalikan air tawar ke daratan sebagai hujan dan hujan. salju.
Akibatnya, sebagian besar air di Bumi dianggap sebagai salin atau air garam , dengan salinitas rata-rata 35 ‰ (atau 4,5%, kira-kira setara dengan 34 gram garam dalam 1 kg air laut), meskipun ini sedikit bervariasi. sesuai dengan jumlah limpasan yang diterima dari tanah sekitarnya. Secara keseluruhan, air dari lautan dan lautan marjinal, air tanah asin dan air dari danau tertutup mengandung lebih dari 97% air di Bumi, meskipun tidak ada danau tertutup yang menyimpan jumlah air yang signifikan secara global. Air tanah salin jarang dipertimbangkan kecuali ketika mengevaluasi kualitas air di daerah kering.
Sisa air bumi merupakan sumber daya air tawar planet ini. Biasanya, air tawar didefinisikan sebagai air dengan salinitas kurang dari 1 persen dari lautan yaitu di bawah sekitar 0,35 ‰. Air dengan salinitas antara level ini dan 1 typically biasanya disebut sebagai air marjinal karena air ini marginal untuk banyak digunakan oleh manusia dan hewan. Rasio air garam dengan air tawar di Bumi adalah sekitar 50 banding 1.
       Air tawar di planet ini juga sangat tidak merata. Meskipun dalam periode hangat seperti Mesozoikum dan Paleogen ketika tidak ada gletser di mana pun di planet ini, semua air tawar ditemukan di sungai dan sungai, saat ini sebagian besar air tawar ada dalam bentuk es, salju, air tanah dan kelembaban tanah, dengan hanya 0,3 % dalam bentuk cair di permukaan. Dari permukaan cair air tawar, 87% terkandung di danau, 11% di rawa-rawa, dan hanya 2% di sungai. Sejumlah kecil air juga ada di atmosfer dan makhluk hidup. Dari sumber-sumber ini, hanya air sungai yang umumnya berharga.
       Meskipun volume total air tanah diketahui jauh lebih besar daripada limpasan sungai, sebagian besar air tanah ini adalah salin dan karenanya harus diklasifikasikan dengan air salin di atas. Ada banyak fosil air tanah di daerah gersang yang tidak pernah diperbarui selama ribuan tahun; ini tidak harus dilihat sebagai air terbarukan.

3. Variabilitas air di muka bumi dalam skala temporal dan spatial 
       Menurut Muhjidin (2011) menyatakan bahwa dua variabel infiltrasi (laju dan volume) dipengaruhi oleh dua faktor utama:
A. Faktor sumber air yang akan masuk kedalam tanah: intensitas hujan dan irigasi.
B. Faktor tanah yang meliputi kondisi permukaan tanah seperti vegetasi, kemiringan, dan sifat-sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah kepadatan tanah dan kedalaman air tanah.

4. faktor-faktor peluang dan tantangan dalam irigasi dan pengelolaan air
       Masalah irigasi pada umumnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian secara luas termasuk di dalamnya kebutuhan air untuk tanaman pangan, peternakan dan perikanan, kebutuhan bagi tanaman perkebunan, dan tanaman hortikultura yang meliputi sayur sayuran, buah buahan, dan tanaman hias. Walaupun kebutuhan irigasi untuk padi masih mendominasi kebutuhan irigasi secara menyeluruh sebagai warisan praktek yang telah dilakukan selama berabad abad namun kecenderungan pergeseran sudah mulai nampak walaupun dalam lingkup yang masih terbatas. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk adalah faktor faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap air dimasa depan. Ada tiga kecenderungan yang diperkirakan akan terjadi; Pertama, permintaan air dari luar sektor pertanian akan meningkat lebih cepat dibandingkan dengan permintaan air sektor pertanian. Kedua, pergeseran permintaan terhadap komoditi pertanian akan menyebabkan pergeseran permintaan terhadap air di dalam sektor pertanian. Ketiga, pergeseran permintaan terhadap lahan juga akan mempengaruhi permintaan terhadap air. Investasi pembangunan prasana di bidang sumberdaya air semakin lama semakin mahal (Pasandaran, 2002, Rosegrant et al., 2002). Jangka waktu yang diperlukan untuk membangun prasarana tersebut juga cukup lama, untuk irigasi yang berskala besar dan juga waduk besar diperlukan sekitar 10 tahun (Van der Giessen, 1946, Pasandaran and Rosegrant, 1995).
       Peluang dan Ancaman dalam irigasi dan pengelolaan air: Adanya pedoman pembagian air bagi pengurus P3A, sesuai pola tanam dan tata tanam. Terampilnya pengurus P3A membagi air kesetiap petak sawah secara adil dan merata. Adanya koperasi untit desa (KUD) yang dapat menampung hasil panen, serta menyediakan kebutuhan petani.      Meningkatkan pembinaan instansi terkait secara berekesinambungan dalam meningkatkan ketrampilan petani hingga mandiri. Terlengkapinya sarana irigasi untuk menunjang pembagian air yang adil.
Adanya peraturan daerah (PERDA) untuk mendukung kegiatan P3A. Semakin sedikitnya ketersediaan air akibat penggundulan daerah aliran sungai. Terbatasnya dana pemerintah untuk biaya operasi dan pemeliharaan.
       Rendahnya perhatian instansi terkait dalam pembinaan organisasi P3A.
Tingginya harga sprodi, sehingga mengurangi pendapatan petani.
Rendahnya harga jual panen petani, jika dibandingkan dengan harga kebutuhan petani. 
       Faktor-faktor tersebut saling berkaitan sehingga memerlukan pemahaman terhadap pengaruh faktor yang satu dengan faktor lainnya. Misalnya, adanya pengurus P3A yang beribawa, diberi bobot = 0,1, sedangkan adanya naggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) yang disepakati oleh seluruh anggota P3A diberi bobot lebih rendah = 0,08. Keduanya sama-sama .perlu, namun pengurus P3A yang berwibawa lebih tinggi bobotnya, sebab sebaik apapun anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya jika tidak ditunjang oleh pengurus yang berwibawa tidak banyak artinya. Demikian cara pemberian bobot terhadap faktor-faktor lainnya dengan batasan tidak boleh lebih dari nilai 1.

5. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian.  
       Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini memiliki peran masing-masing dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berikut adalah uraian kedua faktor ini dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Faktor internal
A. Gen, merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke generasi selanjutnya. Misalnya pada tanaman yang memiliki sifat unggul, hanya dapat tumbuh dengan cepat, berbuah lebat, dan rasanya manis di lahan yang subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan tandus dan kondisinya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini tidak akan optimal.
B. Hormon, merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh. 
C. Auksin, berperan untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel. 
D. Giberlin, berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan perkecambahan embrio. 
E. Etilen, berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun. 
F. Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau sitokenesis, seperti merangsang pembentukan akar dan cabang tanaman.
G. Asam absisat, berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun. 
H. Kaolin, berperan untuk proses organogenesis tanaman. 
I. Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel apabila mengalami kerusakan jaringan.
Faktor eksternal
A. Nutrisi, merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat hara yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon dioksida diubah menjadi zat makanan. Zat hara tidak berperan langsung dalam proses fotosintesis, namun sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
B. Cahaya Matahari, berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun keberadaan cahaya ternyata dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan karena cahaya dapat merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung batang.
C. Air dan Kelembaban, merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan air yang dapat diserap oleh tanaman mengurangi penguapan. Kondisi ini sangat mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan sel. Kelembaban juga penting untuk mempertahankan stabilitas bentuk sel.
D. Suhu, memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Contohnya pada padi yang ditanam pada awal musim kemarau dimana suhu rata-rata tinggi akan lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan dimana suhu rata-rata lebih rendah. Hal ini disebabkan karena semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tanaman dipengaruhi oleh suhu.
E. Tanah, berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan mineral, air, dan derajat keasaman atau pH.

6. faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan dan pembangunan irigasi di suatu area 
       Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi. Adanya kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu aliran air. Saluran air juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu (Wirawan,1991). Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. (Sudjarwadi 1990).  Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk merancang sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.
       Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi.Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal.Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian (Sudjarwadi, 1990).

7. Dampak positif dan negatif dari irigasi terhadap lingkungan dan ekosistem
       Secara ringkas pengertian akan dampak yang ditimbulkan oleh suatu pembangunan. Tidak terkecuali pembangunan irigasi yang bertujuan untuk meingkatkan kesejahteraan dibidang ekonomi, menimbulkan dampak kepada ekonomi itu sendiri, aspek sosial dan lingkungan.
       Aspek Lingkungan, jaringan irigasi adalah saluran bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan airirigasi (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).        Pembangunan jaringan irigasi sangat penting terutama karena Indonesia terletak di wilayah muson tropis. Posisi ini membuat keberadaan air sangat khas, hujan banyak jatuh pada bulan-bulan basah yang berlangsung dalam beberapa bulan.Tingginya curah hujan ini tentu saja mengakibatkan air cenderung berlimpah. Dengan adanya jaringan irigasi, air yang berlimpah ini dapat ditampung, sehingga bias mencegah terjadinya banjir. Selain untuk mencegah terjadinya banjir, adanya jaringan irigasi juga dapat membantu petani terutama di saat kekeringan. Air yang ditampung saat curah hujan tinggi tersebut dapat disalurkan pada saat musim kemarau, sehingga ketersediaan air bagi tanaman dapat terjamin.
        Aspek Sosial, merupakan aspek yang paling menentukan karakteristik dan sifat dari sistem jaringan. Dalam perancangan atau pembuatan sistem irigasi juga tidak lepas dari aspek sosial setempat. Setiap daerah mempunyai keunggulan dan ketiadaan sesuatu. Hal ini yang bisa menimbulkan pengaruh karakteristik irigasi yang khas. Seperti sosial masyarakat setempat yang terkenal untuk memanfaatkan batu sungai (batu kali) sebagai salah satu komoditas masyarakat setempat yang mempunyai nilai jual lebih tinggi sehingga penggunaan batu sungai tidak dilakukan pada masyarakat sekitar daerah Muntilan. Mereka lebih memanfaatkan bahan lain yang lebih murah seperti kantong plastik.
       Aspek Ekonomi, selain aspek sosial masyarakat setempat, aspek yang tidak bisa lepas dari sistem irigasi adalah aspek ekonomi. Seperti aspek sosial, aspek ini lebih ditekankan pada ekonomi seperti mata pencaharian masyarakat setempat, pendapatan masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat dalam menilai suatu materi, nilai lahan. Pemenuhan kebutuhan irigasi ternyata belum mampu menuntaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Sejak dilakukan pembangunan hingga saat ini telah terbukti kegagalan-kegagalan dari irigasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Kalangan petani masih dianggap kalangan bawah dan saat ini kurang diminati oleh generasi muda. Meskipun pada orde baru telah dibangun jaringan irigasi mulai dari waduk hingga saluran-saluran ke lahan pertanian masih banyak persoalan yang selalu menghampiri petani. Perubahan strategi sistem irigasi perlu dilakukan guna meningkatkan pendatan petani yang merupakan dasar dari aspek ekonomi (Supadmo, 2003).

8. pentingnya cuaca dalam pengelolaan air
       Irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan untuk menunjang pertanian.Jumlah air yang tepat untuk diberikan ketapak sawah, waktu pemberian dan tersedianya saluran drainase merupakan faktor-faktor yang menetukan keberhasilantanaman. Air yang dibendung harus dijaga dengan hati-hati dan merupakan jalur masuk dan keluarnya dari petak persawahan akan mempengaruhi kesuksessan hasil panen (Dumairy, 1992). Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat mengalirnya air.Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi. Adanya kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu aliran air.Saluran air juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu (Wirawan, 1991).

9. Gambaran secara singkat faktor-faktor cuaca itu mempengaruhi permintaan air tanaman
       Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. Secara umum pengertian irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Tujuan Irigasi secara tidak langsung adalah pemberian air yang dapat menunjang usaha pertanian melalui berbagai cara antara lain, mengatur suhu tanah, membersihkan tanah dari unsur-unsur racun, memberantas hama penyakit, mempertinggi muka air tanah, membersikan buangan air dan kolmatasi (Hansen, 1990).

10. sifat-sifat tanah bagi seorang engineer irigasi 
      Hidromeliorasi ialah tindakan orang dengan maksud mengatur kealiran lahan. Tindakan ini mencakup irigasi, pengatusan (drainage) dan mengelola sifat hidrologi lahan. Yang dimaksud dengan irigasi ialah pemberian air secara buatan kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan pertanaman. Pengatusan dikerjakan orang untuk membuang kelebihan air dari sebidang lahan yang mengganggu atau menghalangi penggunaan lahan itu. Yang dinamakan sifat hidrologi lahan ialah semua sifat hakiki lahan yang menentukan dinamika air, baik pada muka tanah maupun di dalam tubuh tanah. 
       Mengingat, bahwa irigasi bermaksud memberikan air untuk memenuhi kebutuhan pertanaman maka pada asasnya irigasi diberikan pada waktu persediaan lengas tanah kurang untuk mendukung pertumbuhan pertanaman. Dengan kata lain, irigasi tidak diberikan pada waktu persediaan lengas tanah cukup. Ukuran cukup bergantung pada macam pertanaman yang diusahakan. Ada tanaman, yang untuk melangsungkan pertumbuhan lumrah (normal), memerlukan air lebih banyak daripada tanaman yang lain, misalnya padi sawah dibandingkan dengan jagung. Ukuran cukup berubah-ubah sepanjang masa hidup tanaman. Pada tanaman semusim perubahan ini menjurus ke satu arah dari tahap awal hingga tahap akhir. Pada tanaman tahunan perubahannya bersifat mendaur. Perubahan kebutuhan air ini dikuasai oleh proses hidup yang berlangsung dalam jaringan tanaman, yang mencirikan suatu tahap perkembangan tertentu. Misalnya, jumlah air yang diperlukan untuk mempertahankan kegembungan (turgor) sel biasanya lebih banyak daripada yang diperlukan untuk sintesis protein (Levitt, 1980). 
       Kebutuhan tanaman akan air juga ditentukan oleh daya tanaman menghadapi penurunan ketersediaan lengas tanah. Ada tanaman yang tahan kering (drought tolerant), yaitu mampu bertahan hidup dalam keadaan kurang air selama masa tertentu dengan jalan membatasi kegiatan berbagai proses fisiologi. Setelah persediaan lengas tanah cukup kembali, tanaman tersebut dapat tumbuh lumrah kembali. Ada tanaman yang bersifat menghindari kekeringan (drought avoidance), yaitu mampu tetap memenuhi kebutuhannya akan air dalam keadaan kekurangan persediaan lengas tanah dengan cara menggiatkan proses penyerapan lengas tanah (Levitt, 1980). Tanaman karet dan jati, misalnya, termasuk tanaman yang tahan kering, sedang tanaman semangka dan mentimun termasuk yang bersifat menghindari kekeringan. 
       Dalam keadaan gundul (tidak tertutup vegetasi) perubahan kadar lengas tanah secara alamiah ditentukan oleh neraca air atmosfer di satu pihak dan oleh sifat hidrologi lahan di pihak yang lain. Neraca air atmosfer menentukan jumlah curah hujan mempan (effective) atau kebasahan iklim aktual.

Sunday, July 21, 2019

Budidaya Hidroponik


Mengetahui apa itu Teknik Menanam Tanaman Hidroponik
Pengertian hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, budidaya tanaman ini lebih mengutamakan media air yang telah di campur dengan nutrisi. Jenis metode yang di gunakan sangatlah beragam antara lain metode NFT, sistem drip, Walter culture dan sebagainya.
Mengetahui teknik menanam tanaman hidroponik dan mempelajari bagaimana cara untuk mempraktekannya. Saat ini luas lahan pertanian semakin menipis seiring meningkatnya lahan pemukiman. Jika hal ini di biarkan saja tentu akan sangat mengkhawatirkan pasokan bahan makanan yang di dapat dari pertanian.
Selain dengan meminimalisir pertambahan lahan pemukiman, untuk menghindari kekurangan bahan makanan anda juga memerlukan teknik baru dalam dunia pertanian.
Saat ini, muncul sebuah teknik penanaman tumbuhan yang dapat di lakukan di luar tanah, yaitu teknik hidroponik. Hidropoik sendiri sebenarnya adalah budidaya tanaman dengan penanaman di dalam air (memanfaatkan air), dan memprioritaskan terpenuhinya kebutuhan nutrisi tumbuhan.

Tanaman Hydroponik Sayuran
Meskipun di tanam di dalam air, namun tumbuhan yang dibudidayakan dengan teknik ini membutuhkan lebih sedikit air, sehingga penamaan hidroponik ini sangat cocok di coba pada daerah yang memiliki pasokan air minim.
Kata Hidroponik sendiri di ambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang artinya air dan ponos yang artinya daya. Sehingga ketika dua kata tersebut di satukan akan membentuk pengertian budidaya tanaman dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah menjadi media tanam (soiless).
Teknik penanaman sistem hidroponik ini sudah mulai di teliti sejak puluhan tahun lalu, atau kurang lebih sejak tahun 1672.  Hal ini di buktikan dengan adanya buku yang menuliskan tentang teknik penanaman hidroponik, yaitu buku karya Francis Bacom.
Sejak saat itulah penelitian tentang teknik hidroponik ini semakin di kembangkan dan akhirnya membuahkan hasil seperti saat ini.
Tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik
Dalam penelitian tersebut tentu tak lepas dari penelitian tentang tanaman apa saja yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik. Bahkan bisa di bilang aspek ini bisa di bilang merupakan salah satu aspek terpenting dalam penelitian.
Lalu apa sajakah tanaman yang bisa dibudidayakan dengan teknik hidroponik? Berikut ini penjelasannya :
  • Selada
Tanaman hydroponik selada
Tanaman yang sering kali di santap dalam keadaan mentah atau di sebut dengan lalapan ini merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik.
Selada ini merupakan salah satu tanaman yang paling subuh ketika dibudidayakan menggunakan teknik hidroponik. Selain itu, keuntungan lain dari menanam selada dengan teknik hidroponik adalah perawatannya yang tidak ribet. Selada juga akan tumbuh dalam waktu yang cukup cepat, yaitu hanya dalam 2 minggu bibit selada yang telah di semai sudah bisa mengeluarkan 2 lembar daun.
  • Timun
tanaman timun hydroponik
Tanaman dengan rasa yang segar ini juga termasuk tanaman yang hasilnya memuaskan ketika dibudidayakan dengan teknik hidroponik. Akan tetapi untuk menanam timun secara hidroponik anda harus memperhatikan perawatannya dengan baik. Pasalnya untuk bisa tumbuh baik hidroponik timun harus memerlukan cahaya yang cukup. Selain itu, ketika tanaman timun sudah mulai tumbuh besar anda juga harus menyediakan lahan yang cukup luas agar buah timun nantinya tidak rusak.
·         Sayuran berdaun hijau.
Sayuran hijau Hydroponik
Selain selada, sayuran berdaun hijau lainnya seperti bayam, kangkung, dan sawi juga bisa di tanaman secara hidroponik. Tak kalah dengan selada, sayuran ini juga akan tumbuh baik ketika di tanam secara hidroponik.
Tips yang harus anda perhatikan untuk menanam sayuran hijau secara hidroponik yaitu jangan sampai membiarkan sayuran tersebut tumbuh terlalu besar. Sebab hal ini bisa menghambat sirkulasi udara yang berakibat sayuran menjadi layu bahkan mati.
  • Buah-buahan
Buah tomat Hydroponik
Tak hanya sayuran, buah-buahan seperti hidroponik tomat, melon, dan cabe juga dapat dibudidayakan secara hidroponik. Agar buah-buahan tersebut tumbuh dengan baik, hal yang harus anda perhatikan yaitu nutrisi air serta asupan cahaya. Sedangkan untuk tanaman berukuran besar seperti melon, jangan lupa untuk menyediakan lahan yang cukup luas. 
Selain mengetahui tanaman apa saja yang dapat dibudidayakan secara hidroponik, tentu anda juga harus mengetahui media apa saja yang harus di siapkan untuk menanam tanaman hidroponik.
Untuk menanam tanaman hidroponik anda tidak memerlukan unsur hara, namun yang anda perlukan antara inert yang akan berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Media tersebut antara lain adalah :
  • Arang sekam
Arang sekam
Media menanam tanaman hidroponik yang satu ini bisa di bilang sebagai media utama. Pasalnya, media yang terbuat dari ampas padi ini atau di sebut dengan media arang sekam mampu memberikan hasil yang terbaik untuk tanaman sayur-sayuran. Tidak hanya itu, arang sekam juga baik untuk pembibitan pohon.
  • Spons
Media spons untuk tanaman hydroponik
Jika anda biasanya menggunakan benda yang satu ini untuk mencuci piring, saat ini spons bisa anda gunakan untuk media menanam tanaman hidroponik. Kegunaan spons untuk tanaman hidroponik di buktikan dengan tumbuhnya lumut bahakn rumput saat spons di diamkan di luar ruangan dan mendapat air serta cahaya yang cukup. Spon juga dapat di gunakan untuk pembibitan tanaman hidroponik
  • Expanded clay
Media tanah liat untuk hydroponik
Expanded clay yaitu semacam lahan liat yang di dalamnya sudah terkandung mineral. Penggunaan media ini sangat baik untuk proses penyemaian atau tanaman muda.
  • Rock wool
Media tanam hydroponik Rock wool
Media berikutnya merupakan media non-organik yang cara pembuatannya dengan meniupkan udara/uap pada batuan leleh. Dimana hasilnya adalah semacam fiber yang berongga.
  • Coir
Serabut Kelapa
Coir atau yang lebih akrab di sebut serabut kelapa ini  merupakan media yang baik untuk proses pembibitan atau penyemaian.
Macam-macam pupuk yang di gunakan untuk menanam tanaman hidroponik Sama seperti teknik menanam dengan media tanah, teknik menanam secara hidroponik juga membutuhkan pupuk untuk menutrisi tanaman. Namun jenis pupuk yang di gunakan antara teknik penanaman biasa dan hidroponik tentu saja berbeda.
Apa sajakah macam-macam pupuk yang dapat di gunakan untuk menanam tanaman secara hidroponik? Berikut ulasannya untuk anda :
  • Lewatit HD-5
Pupuk yang memiliki bentuk menyerupai gula pasir namun berwarna merah ini memiliki berbagai nutrisi yang baik untuk tumbuhan. Dalam 1 liter Lewatit saja mengandung 15 g N (dalam bentuk nitrat), 3 g N (dalam bentuk ammonium), 7 g P2O5 dan 15 g K2O. Selain itu. Lewatit juga mengandung unsur mikro yaitu Fe, Cu, Mn, Bo dan Mo.- Meskipun di gunakan pada media taman air, namun Lewatit tidak larut dalam air, justru nutrisi pupuk hanya akan di tukar dengan ion dari garam yang sudah larut dalam air. Lewati ini sangat baik jika di gunakan pada tanaman hias. Cara pemberian pupuknya pun cukup mudah, anda hanya perlu menaburkan pada media penanaman hidroponik sejak tanaman masih berumur 2 minggu, setelah itu siram menggunakan air agar butiran pupuk turun ke bawah.
  • Margaflor
Berbeda dengan Lewatit, Margaflor yaitu pupuk hidroponik yang berbentuk cair. Nutrisi yang terkandung dalam Margaflor sendiri tidak kalah lengkap dan baiknya, antara lain mengandung unsur mikro yaitu N 11,28 %, P2O5 5,7 %, K2O 7,84 % dan S 3,37 % serta unsur-unsur mikro : Fe, Cu, Mn, Mg, Zn, Mo, Ce, B dan Co.
Anda bisa menyiramkan pupuk ini setiap 1-2 minggu sekali pada tanaman hias, yaitu sejak tanaman berumur 3 minggu setelah di pindahkan ke media hidroponik. Sedangkan untuk sayuran, pupuk ini bisa di gunakan sejak tanaman berumur 2 minggu.

Monday, July 15, 2019

Laporan Praktikum Biokimia Enzim


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
HIDROLISIS ENZIM SUKROSA DAN ANALISIS OKSIDASI ALDEHIDA (SUSU/SCHADINGERS)



Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu pada Mata Kuliah Biokimia

Dosen : Dick Dick Maulana, S.p, M.Si. 


Disusun Oleh :

FAUZ FAUZIAH                   NIM  41035003


PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSATARA
BANDUNG
2019

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan izin-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum. Maksud dan tujuan pembuatan laporan praktikum ini adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan, khususnya memperdalam ilmu Biokimia.
Adapun sumber-sember dalam pembuatan laporan ini, didapatkan dari beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet, kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Penyusun menyadari bahwa pembuatan laporan praktikum ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
Dick Dick Maulana, S.p, M.Si. selaku Dosen yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi dukungan selama praktikum mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah kepada penyusun sehingga laporan praktikum ini dapat selesai.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan Laporan Praktikum ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandung,  Mei 2019




Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 4
1.1  Latar belakang ................................................................................. 4
1.2  Maksud percobaan .......................................................................... 5
1.3  Tujuan percobaan............................................................................. 5
1.4  Prinsip percobaan ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6
2.1 hidrolisis enzim sukrosa ....................................................................6
2.2 analisis oksidasi aldehida pada susu .................................................7
BAB III METOLOGI PRAKTIKUM ................................................ 8
3.1  Tempat dan waktu praktikum .......................................................... 8
3.2  Alat dan bahan praktikum ............................................................... 8
3.3  Langkah kerja praktikum................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM................. 11
4.1  Data hasil praktikum hidrolisis enzim sukrosa .............................. 11
4.2  Pembahasan hasil praktikum hidrolisis enzim sukrosa...................11
4.3  Data hasil praktikum analisis oksidasi aldihida susu .....................12
4.4  Pembahasan hasil praktikum analisis oksidasi aldehida susu ........12
BAB V KESIMPULAN .....................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 14
LAMPIRAN...................................................................................... 15
1.      Alat dan bahan saat digunakan praktikum.................................. 15








BAB I
PENDAHULUAN

1. 1Latar belakang
Enzim dalam aktivitasnya bekerja secara spesifik terhadap substrat yang akan dikatalisisnya dengan begitu kita akan dapat mengetahui berapa besar aktivitas yang dilakukan. Seperti contoh adalah enzim yang bekerja untuk mendegrasi amilum adalah amilase. Enzim ini banyak terdapat pada saliva, sehingga makanan yang dikunyah lama akan terasa manis karena senyawa polisakarid akan terurai menjadi monosakarida. (Anonim, 2011).
Ragi komersial (fermipan) akan dipecah dinding selnya dengan cara  penggerusan menggunakan pasir kuarsa, sedangkan pemecahan dinding sel secara kimia menggunakan larutan toluena. pemecahan sel tersebut perlu dilakukan untuk mengeluarkan enzim di dalam sel supaya dihasilkan enzim yang lebih banyak. Selama proses penggerusan, ragi harus diletakkan di dalam wadah yang  berisi es atau air dingin untuk menstabilkan suhu enzim invertase karena  pemecahan dinding sel dengan cara penggerusan dapat menghasilkan kalor sehingga dikhawatirkan akan merusak enzim (Hasanah dan Putra 2010).
Susu adalah salah satu sumber penting yang banyak mengandung protein  protein, riboflavin dan kalsium serta memberikan sejumlah penting vitamin B dan vitamin A. Namun susu bukanlah merupakan makanan sempurna bagi manusia karena susu relatif kekurangan zat besi, vitamin C dan vitamin D. Pada pemasakan yang lebih lama mungkin terjadi karamelisasi laktosa. Sebagian vitamin C dan tiamin susu rusak oleh pemasakan (Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan makanan yang mudah rusak, oleh sebab itu perlu mendapat perawatan secara khusus. Setelah itu air susu diperah, segera dibawa ke kamar susu, kemudian disaring. Penyaringan itupun perlu dilakukan dengan segera guna menghindari agar jangan sampai kuman-kuman yang hinggap pada kotoran di dalam air susu mendapat kesempatan untuk berkembang-biak lebih lanjut. Sesudah air susu disaring, barulah ditakar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah produksi. Kemudian air susu dari beberapa ekor sapi tersebut dicampur perlahan-lahan sampai menjadi campuran air susu yang homogen. Susu mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-macam aldehid menjadi asam.
                         
1.2. Maksud dan tujuan Percobaan           
Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah :
1.      Untuk melihat kemampuan biokatalisator dari enzim sukrosa, pengaruh ph (buffer asam).
2.      Untuk mengetahui dan mempelajari cara penetapan kesegaran susu dengan menggunakan uji metilen biru sebagai indikator.
3.      Menentukan pengaruh pemanasan terhadap kesegaran susu.
4.      Menentukan pengaruh penambahan metilene blue, formaldehid dan aquadest terhadap aldehida oksidase (susu/schadingers).

1.4. Prinsip Percobaan
Menentukan biokatalisis enzim sukrosa pada ragi dan menentukan kesegaran susu dengan mereaksikan susu segar dengan perlakuan pemanasan, penambahan formaldehid atau air dan mengidentifikasi dengan metilen biru sehingga enzim schardinger yang terdapat dalam susu mengkatalisis oksidasi formaldehid menjadi asam-asam dalam suasana anaerob yang terlihat dari perubahan warna dari biru menjadi putih.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Hidrolisis Enzim Sukrosa
Enzim dalam aktivitasnya bekerja secara spesifik terhadap substrat yang akan dikatalisisnya dengan begitu kita akan dapat mengetahui berapa besar aktivitas yang dilakukan. Seperti contoh adalah enzim yang bekerja untuk mendegrasi amilum adalah amilase. Enzim ini banyak terdapat pada saliva, sehingga makanan yang dikunyah lama akan terasa manis karena senyawa polisakarid akan terurai menjadi monosakarida. (Anonim, 2011).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kovaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan ph (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah, diluar suhu atau ph yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain (Hafidz soewoto, 2000).
Ragi komersial (fermipan) akan dipecah dinding selnya dengan cara  penggerusan menggunakan pasir kuarsa, sedangkan pemecahan dinding sel secara kimia menggunakan larutan toluena. pemecahan sel tersebut perlu dilakukan untuk mengeluarkan enzim di dalam sel supaya dihasilkan enzim yang lebih banyak. Selama proses penggerusan, ragi harus diletakkan di dalam wadah yang  berisi es atau air dingin untuk menstabilkan suhu enzim invertase karena  pemecahan dinding sel dengan cara penggerusan dapat menghasilkan kalor sehingga dikhawatirkan akan merusak enzim (Hasanah dan Putra 2010).
Enzim yang dihasilkan dari proses penggerusan selanjutnya akan dipisahkan menggunakan sentrifus pada kecepatan 12000 rpm selama 15 menit. Perlakuan tersebut bergina untuk memisahkan pecahan dinding-dinding sel dari supernatant. Prinsip dari sentrifus yaitu proses pemisahaan ekstrak enzim yang didasarkan pada berat molekul menggunakan gaya sentrifugal sehingga berat molekul yang ringan akan berada di atas, sedangkan berat molekul yang ringan akan berada di bawah (Koolman dan Roehm 2000).
Reaksi enzim tergolong menjadi dua yaitu (1) Reaksi tanpa enzim, enzim bekerja dengan lambat, terlalu cepat, membutuhkan suhu yang tinggi, tekanan yang tinggi, (2) Reaksi enzimatis, bekerja dengan memberikan suatu lingkungan yg spesifik di dalam sisi aktifnya, sehingga reaksi secara energetik dapat lebih mudah terjadi

2. 2 Analiais aldehida oksidase (susu/schadingers)
Susu dari asal katanya adalah cairan yang tak tembus cahaya yang dihasilkan oleh kelenjar susu dan terdiri atas air, protein susu (kasein), lemak, karbohidrat (laktosa) dan beberapa zat lain. Susu emulsi lemak dalam air dengan kasein sebagai zat pengemulsi/emulgator (Lehninger, 1992).
Susu segar adalah susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambahkan bahan apapun dari pemerahan susu sapi yang sehat. Kriteria untuk air susu sapi yang baik  setidak-tidaknya  memenuhi  hal-hal  berikut ini : (i) bebas dari bakteri patogen, (ii) bebas dari zat-zat berbahaya ataupun toksin seperti insektisida, (iii) tidak tersemar oleh debu dan kotoran, (iv) zat gizi tidak menyimpang dari  codex air  susu,  dan (v)  memiliki  cita rasa normal (Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal sebagai bahan yang tidak tahan lama dan mudah rusak (perishable food), hal ini disebabkan karena susu mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang mendekati normal dan kandungan nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini merupakan keadaan yang cocok untuk pertumbuhan optimum mikroorganisme (Resnawati, 2010).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis  untuk  proses  biokimia yang terjadi  dalam sel  maupun di luar sel. Suatu  enzim  dapat  mempercepat 108 sampai 1011 kali  lebih  cepat  daripada   apabila  reaksi   tersebut  dilakukan  tanpa katalis yang sangat efisien, di samping itu  mempunyai  derajat kekhasan yang tinggi (poedjiadi, 2006).
Ada 3 komponen dalam air susu yang mempengaruhi mutu susu dalam pengolahan antara lain (Setiawati dan Rahayu, 1992) :
a.       Lemak susu
Lemak susu mempunyai nilai gizi yang tinggi karena jumlah kalori yang dikandungnya, vitamin-vitamin dan asam-asam lemak esensial. Lemak susu menentukan rasa, bau dan tekstur air susu.
b.      Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat yang digunakan untuk pembuatan bahan makanan bayi. Penyerapan laktosa dalam dinding usus dapat merangsang penyerapan kalsium, fosfor dan mineral lain yang disebabkan karena kenaikan daya serap (permeabilitas) dinding sel.
c.       Protein
Komponen protein susu antara kasein, laktoglobin dan laktaalbumin yang dihasilkan dari proses sedimentasi. Koagulasi protein susu yang disebabkan kontaminasi susu dengan bakteri-bakteri merupakan hal yang tidak dikehendaki karena menyebabkan rusaknya air susu. Kasein susu digunakan unutk pembuatan lem, industri cat yang larut dalam air dan industri plastik.
Uji metilen biru dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat dalam susu. Pada uji ini akan ditambahkan sejumlah zat yang biru ke dalam susu, kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri dalam susu tersebut untuk melakukan aktifitas yang dapat mengakibatkan perubahan warna zat tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu tersebut, semakin cepat terjadinya perubahan warna zat tersebut. Uji metilen biru didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen terlarut, sehingga menyebabkan perubahan penurunan kegiatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. Maka akibatnya metilen biru yang ditambahkan akan tereduksi menjadi putih metilen. Selain itu bekerja pula enzim yang disebut Schardinger enzyme (Suwito, 2010).
Susu tersusun dari berbagai nutrien, baik yang terlarut dalam air maupun terdispersi dalam bentuk koloid. Sistem koloid tersebut bersifat kompleks, tetapi pada dasarnya merupakan emulsi lemak dalam air susu. Susu segar adalah susu murni, tidak mengalami pemanasan, dan tidak ada penambahan bahan pengawet. Susu sapi segar mengandung air (87,25%), laktosa (4,8%), lemak (3,8%), kasein (2,8%), albumin (0,7%), dan garam-garaman (0,65%). Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat, dan enzim (Suwito, 2010).


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
                                            

3.1  Tempat dan Waktu Praktikum

      Praktikum dilaksanakan Di Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian Universitas Islam Nusantara Bandung. Praktikum dilaksanakan pada:

Hari/tanggal    : kamis, 11 Juli 2019
Pukul               : 08.00-12.00 WIB

3.2 Hidrolisis Enzim Sukrosa
a)      Bahan Kimia Dan Peralatan
§  Fermipan (Ekstrak Ragi)
§  Buffer pH 4,4 (Asam)
§  Aquades
§  Formaldehida
§  Larutan Sukrosa
§  Larutan Pati
§  NaHCO3 (5 %)
§  Reagens Benedict
§  Gelas Ukur
§  Tabung Reaksi
§  Pipet Tetes
§  Water Bath
b)      Prosedur Percobaan
1.      Membuat ragi roti (enzim sukrosa) dari fermipan + dengan cara melarutkan Toulena + Aquades (hingga larut)
2.      Semua tabung dipanaskan selama 30 menit dalam Water Bath lalu tambahkan NaHCO3 dan reagen benedict 1 tetes saja
3.      Amati perubahan yang terjadi!





c)      Daftar Tabel Percobaan

No
Ekstrak ragi
Buffer asam
Larutan sukrosa
Larutan pati
Aquadest
1
3 ml
1 ml


3 ml
2
3 ml
1 ml
3 ml


3
3 ml


3 ml

4
1 ml
1 ml
3 ml



3.3  ANALISIS ALDEHIDA OKSIDASE (SUSU/SCHADINGERS)
a)      Bahan Kimia Dan Peralatan
§  Susu Steril
§  Metilene Blue
§  Formaldehida
§  Aquades
§  Kertas Parafilm
§  Tabung Reaksi
§  Pipet Tetes
§  Gelas Ukur
§  Water Bath
b)      Prosedur Percobaan
1.      Masukkan 3 ml susu kedalam tabung reaksi lalu tambahkan 1 tetes metilene blue, kocok hingga homogen, lalu tutup dengan kertas parafilm. setelah itu panaskan dalam water bath dengan suhu 40 OC
2.      Masukkan 3 ml susu kedalam tabung reaksi lalu tambahkan 1 tetes formaldehida dan 1 tetes metilene blue, kocok hingga homogen, lalu tutup dengan kertas parafilm. setelah itu panaskan dalam water bath dengan suhu 40 OC.
3.      Masukkan 3 ml susu kedalam tabung reaksi lalu tambahkan 1 tetes aquadest dan 1 tetes metilene blue, kocok hingga homogen, lalu tutup dengan kertas parafilm. setelah itu panaskan dalam water bath dengan suhu 40 OC.
4.      Pemanasan dilakukan selama 15 menit namun harus diperiksa setiap 5 menit untuk diamati perubahan yang terjadi


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM

1.1  Data Hasil  Praktikum
A.     Hidrolisis enzim sukrosa
No
Percobaan
Keterangan
1
Kelompok 1

2
Kelompok 2

3
Kelompok 3

4
Ekstrak ragi 2 ml + Buffer asam 1 ml + sukrosa 1 ml
Kelompok 4
Terjadi biokatalisator (pemecahan enzim) terbentuk sedikit endapan berwarna kuning yang di pengaruhi oleh ph (buffer asam) dan suhu.

Pembahasan  
Pembuatan ekstrak ragi dengan cara ragi /fermipan (2.5 ml) ditambah toulena (10 ml) ditambah akuades (10 ml) kemudian di homogenkan dan diekstraksi dengan sentrituge (15 menit) supaya diperoleh larutan ekstraksi ragi.
Larutan Ekstraksi ragi yang kelompok kita peroleh adalah 2 ml kemudian ditambah buffer asam 1 ml dan ditambah sukrosa 1 ml setelah itu dihomogenkan selama 30 menit kemudian tambahkan 1 tetes NaHCO3 dan ditambahkan benedict 1 tetes saat dipanaskan kurang lebih 2 menit.

B.     Analisis Aldehida Oksidase (Susu/Schadingers)

No
Waktu (menit)
Tabung I
Tabung II
Tabung III
1
5
+ + + +
+ + + + +
+ + + +
2
10
+ + +
+ + + +
+ +
3
15
+
 + + + +
+

Keterangan:
Tabung I    : Susu  (3 ml) + metilen blue (1 tetes)
Tabung II  : Susu (3 ml) + formaldehid (1 tetes) + metilene blue (1 tetes)
Tabung III : Susu (3 ml) + aquadest (1 tetes) + metilene blue (1 tetes)
+ + + + +   : Sangat biru
+ + + +      : Biru
+ + +         : Agak biru muda
+ +             : Biru muda
+                : Agak putih kebiruan
-                 : Putih
Pembahasan
         Pada percobaan ini di berikan Mb (Metilen Biru). Uji metilen Biru didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen yang terlarut sehingga menurunkan oksidasi reduksi dari campuran tersebut sehingga mengakibatkan metilen biru yang ditambahkan akan tereduksi menjadi warna putih yang sebelumnya warna biru.
         Percobaan ini, digunakan tiga tabung reaksi. Pada tabung I diberi susu ditambah metilene blue satu tetes, tabung II diberi susu 3 ml ditambah formaldehid satu tetes ditambah metilene blue satu tetes sedangkan pada   tabung III diberi susu 3 ml ditambah air suling (akuades) satu tetes ditambah metilene blue satu tetes. Hal ini dilakukan untuk membandingkan kerja enzim pada substrat yang berbeda.
         Selanjutnya, ketiga tabung tersebut divakumkan menggunakan parafilm untuk menghilangkan udara pada tabung. Ditutup menggunakan parafilm pada tabung dilakukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung melalui celah-celah dan pemvakuman tabung dengan cara menghisap udara dalam tabung bertujuan untuk meminimalkan udara dalam tabung karena enzim Schardinger dalam susu bekerja dalam suasana anaerob.
         Setelah itu tabung-tabung yang telah tertutup dimasukkan ke dalam waterbath bersuhu 40 oC selama 15 menit agar suasana dalam ketiga tabung sama pada suhu dimana enzim bekerja, yaitu suhu optimum yang sesuai dengan suhu tubuh dari hewan atau mamalia sekitar 40 oC – 50 oC. Dan setiap 5 menit diamati untuk mengetahui perubahan yang terjadi.
         Pada tabung I yang diberi metilene blue cepat mengalami peruabahan karena metilen biru akseptor hidrogen dari asam akan tereduksi menjadi putih. Dari larutan yang awalnya berwarna sangat biru setelah 10 menit mengalami perubahan hingga menjadi warna sangat putih kebiruan.
         Pada tabung II yang diberi formaldehid tidak terjadi perubahan warna hingga menit ke 5. Dan mengalami perubahan pada menit ke-10 yaitu menjadi warna biru. Setelah itu tidak mengalami lagi perubahan  hingga ke menit terakhir (menit ke-15) karena kemungkinan enzim tidak bekerja sehingga tidak menghasilkan perubahan yang cepat.
         Pada tabung III yang diberi akuades sangat cepat mengalami peruabahan karena metilen biru akseptor hidrogen dari asam akan tereduksi menjadi putih. Dari larutan yang awalnya berwarna sangat biru dari setiap 5 menit mengalami perubahan hingga menjadi warna sangat putih kebiruan. Namun menurut teori tabung yang seharusnya mengalami perubahan dari biru tereduksi menjadi putih adalah tabung II. Hal ini terjadi karena kemungkinan adanya kesalahan pada pencampuran larutan atau bisa saja kadar asam laktat pada susu tersebut tidak normal.
            


            menit ke 5                                                                     menit ke 10    

           
                                                                     menit ke 15







BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan                                       
         Berdasarkan percobaan ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1.       Reaksi enzim tergolong menjadi dua yaitu (1) Reaksi tanpa enzim, enzim bekerja dengan lambat, terlalu cepat, membutuhkan suhu yang tinggi, tekanan yang tinggi, (2) Reaksi enzimatis, bekerja dengan memberikan suatu lingkungan yg spesifik di dalam sisi aktifnya, sehingga reaksi secara energetik dapat lebih mudah terjadi.
2.       Pemanasan yang tinggi dapat merusak enzim yang terdapat dalam susu.
3.       Enzim pada susu dapat mengkatalisis oksidasi formaldehid dengan berubahnya warna pada metilen biru dari biru menjadi putih.
4.       Ketiga tabung tersebut divakumkan menggunakan parafilm untuk menghilangkan udara pada tabung. Ditutup menggunakan parafilm pada tabung dilakukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung melalui celah-celah dan pemvakuman tabung dengan cara menghisap udara dalam tabung bertujuan untuk meminimalkan udara dalam tabung karena enzim Schardinger dalam susu bekerja dalam suasana anaerob.


DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A., 1995, Dasar-Dasar Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi A., 2006, Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi, UI Press, Jakarta.

Resnawati, H., 2010, Kualitas Susu pada Berbagai Pengolahan dan Penyimpanan (online),(http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp08-70.pdf), (diakses pada tanggal 30 November 2014, pada pukul 23.30 WITA).

Setiawati, T. dan Rahayu, S., 1992, Buku Tehnik Dan Pengembangan Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.

Soediatami, A. D., 1987, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid II, Dian Rakyat, Jakarta.

Suwito, W., 2010,  Bakteri yang Sering Mencemari Susu,  (online), (http:// pustaka. litbang. deptan.go.id, (diakses pada tanggal 30 November 2014, pada pukul 23.30 WITA).



Irigasi dan Drainase | pola distribusi air di bumi

           POLA DISTRIBUSI AIR DI BUMI 1. Gambaran secara singkat latar belakang dan konsep irigasi          Irigasi merupakan salah satu fa...